This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 03 Desember 2013

Integral sec^3 x dx

ada 2 Alternatif bagi anda untuk memahami integral sec^3 x dx..

Pertama : Anda bisa Download penjelasannya dalam bentuk .docx dengan mengklik Icon di bawah ini


Dan Bagi anda yg ingin melihat penjelasan langsung, dapat dilihat di bawah!

Penjelasan :

Ini adalah salah satu integrasi mereka dengan bagian-bagian pertanyaan yang lingkaran di sekitar dan Anda akhirnya mendapatkan jawaban Anda. Sebelum kita mulai, perlu diingat bahwa Integral (sec(x) dx) = ln|sec(x) + tan(x)|.

Integral (sec^3(x) dx)

Pertama, pisahkan sec^3(x) menjadi sec(x) and sec^2(x).

Integral (sec(x) sec^2(x) dx)

Sekarang, gunakan Integral Parsial.

Misal u = sec(x). dv = sec^2(x) dx
du = sec(x)tan(x). v = tan(x)

Integral (sec^3(x) dx) = sec(x)tan(x) - Integral (sec(x)tan^2(x) dx)

Gunakan Idendtitas tan^2(x) = sec^2(x) - 1.

Integral (sec^3(x) dx) = sec(x)tan(x) - Integral (sec(x)[sec^2(x)
- 1] dx)

Distribusi sec(x).

Integral (sec^3(x) dx) = sec(x)tan(x) - Integral( (sec^3(x) - sec(x)) dx)

Sekarang, pisahkan menjadi 2 integral.

Integral (sec^3(x) dx) = sec(x)tan(x) - [Integral (sec^3(x) dx) -
Integral (sec(x) dx)]

Distribusikan tanda negatif ke dalam lingkuran

Integral (sec^3(x) dx) = sec(x)tan(x) - Integral (sec^3(x) dx) +
Integral (sec(x) dx)
Inilah bagian yang akan sulit, kita akan bergerak
- Integral (sec^3(x) dx) pindah ruas ke kiri, menjadi 2 integral sec^3 (x) dx.

2 Integral (sec^3(x) dx) = sec(x)tan(x) + Integral (sec(x) dx)

Dan kita tahu bahwa integral of sec(x) is (we stated it above).

2 Integral (sec^3(x) dx) = sec(x)tan(x) + ln|sec(x) + tan(x)|
Yang harus kita lakukan sekarang adalah membagi semuanya dengan 2, yang sama dengan mengalikan semuanya dengan (1/2).

Integral (sec^3(x) dx) = (1/2)sec(x)tan(x) + (1/2)ln|sec(x) + tan(x)|

dan jangan lupa memberi constant (C).

= (1/2)sec(x)tan(x) + (1/2)ln|sec(x) + tan(x)| + C

Adakah Pemersatu Umat Selain Allah ?


Bagi seorang Muslim urusan kedekatan antara dirinya dengan orang lain sangat terkait dengan seberapa dekatnya diri si Muslim dan orang lain tersebut kepada Allah سبحانه و تعالى . Bila kedua-duanya dekat dengan Allah سبحانه و تعالى niscaya kedua-duanya juga akan saling mendekat satu sama lain. Namun jika kedua-duanya atau salah satunya jauh dari Allah سبحانه و تعالى maka jangan harap antara keduanya akan ada kedekatan. Kalaupun mereka terlihat dekat secara fisik, namun sejatinya mereka berjauhan secara batin. Mengapa demikian? Sebab di dalam Islam Zat Pemersatu antara seorang manusia dengan manusia lainnya hanyalah Allah سبحانه و تعالى .
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًامَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“… dan (Allah سبحانه و تعالى ) Dia-lah Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfaal [8] : 63)
Berdasarkan ayat di atas jelaslah bagi seorang muslim bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat menyatukan satu manusia dengan manusia lainnya selain Allah سبحانه و تعالى . Kesatuan manusia, kaum beriman sekalipun, tidak dapat dibeli dengan harta sebanyak berapapun. Kongkritnya, bersatunya manusia hanya dapat terwujud bila manusia-manusia tersebut saling mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Menyatukan hati satu sama lain, yakni Allah سبحانه و تعالى . Dan karena itu pula, Allah سبحانه و تعالى menyatakan, melalui ayat di atas, bahwa yang dapat menyatu hanyalah hati orang-orang yang beriman. Adapun hati manusia kafir tidak mungkin bisa dipersatukan. Demikian pula tidak mungkin bersatu antara hati seorang beriman dengan seorang kafir. Sebab orang-orang kafir memiliki tujuan hidup yang berbeda dengan orang-orang beriman.
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍإِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shaad [38] : 24)
Allah سبحانه و تعالى tidak serta merta merahmati orang-orang yang berserikat, berkumpul, bergotong-royang bahkan berjamaah jika yang menjadi landasan perserikatan mereka bukanlah iman dan amal sholeh. Mereka akan berakhir dengan saling menzalimi satu sama lain. Sebab mereka menyangka ada zat selain Allah سبحانه و تعالى yang dapat menyebabkan bersatunya hati mereka. Dan Allah سبحانه و تعالى tegaskan melalui ayat di atas bahwa orang-orang berserikat yang berlandaskan iman dan amal sholeh itu adalah kaum minoritas, sedikit sekali jumlah mereka. Kebanyakan manusia adalah orang-orang yang berserikat, berkumpul, bergotong-royong bahkan berjamaah berlandaskan berbagai hal selain Allah سبحانه و تعالى . Artinya, berlandaskan aneka kepentingan selain meraih keridhaan Allah سبحانه و تعالى . Dan ujung-ujungnya mereka akan saling menzalimi satu sama lainnya.
Dalam kesempatan lainnya, Allah سبحانه و تعالى menegaskan bahwa bentuk keakraban, persahabatan atau pertemanan yang tidak dilandasi taqwa kepada Allah سبحانه و تعالى merupakan suatu bentuk keakraban yang menipu dan bersifat sementara. Yaitu sementara dalam kehidupan di dunia ini saja. Adapun kelak di akhirat nanti akan tersingkap secara jelas bahwa sesungguhnya mereka yang berteman bukan berlandaskan ketakwaan bakal bermusuhan, saling menyalahkan, saling mencela bahkan saling melaknat.
الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf [43] : 67)
Orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah سبحانه و تعالى memiliki tujuan hidup yang sama. Dan mereka mengikuti jejak langkah teladan utama mereka yang juga sama, yaitu Rasulullah Muhammad صلى الله عليه و سلم . Lalu mereka berkomitmen untuk menempuh jalan hidup yang sama yaitu dienullah Al-Islam. Mereka tidak rela jika Islam harus ditinggalkan lalu diganti dengan pedoman hidup selainnya. Bahkan mereka tidak memandang perlu adanya tambahan kepada ajaran Islam yang sudah sempurna itu. Mereka tidak pernah menjadi ketularan dengan orang ramai yang dengan bangganya mengaku dirinya Islamis-demokrat, Islamis-nasionalis, Islamis-moderat, Islamis-progresif apalagi Islamis-liberalis. Itulah orang-orang yang mengidap inferiority complex (sindrom rendah-diri alias mental pecundang) sehingga tidak bisa puas bila hanya dengan Islam. Sementara orang-orang beriman tidak ingin dinilai Allah سبحانه و تعالى sebagai hamba yang masih meragukan firmanNya yang menegaskan kesempurnaan ajaran dienullah Al-Islam. Sedemikian sempurnanya agama Islam, sehingga orang-orang kafir pada hakikatnya telah berputus-asa untuk mengalahkan Islam sebagai dien (way of life/jalan hidup/pedoman hidup).
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَأَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi dien (agama/jalan hidup/pedoman hidup) bagimu.” (QS. Al-maidah [5] : 3)
Kaum beriman memusuhi fihak yang menjadi musuh Allah سبحانه و تعالى dan Rasulullah صلى الله عليه و سلم yaitu syetan dan thaghut. Mereka tidak membatasi thaghut hanya pada satu macam, tetapi segala macam thaghut mereka ingkari dan jauhi. Mereka tidak hanya mengingkari thaghut di masa lalu, tetapi juga yang hadir di masa kini bahkan yang kelak akan muncul di masa yang akan datang. Mereka menjadi akrab dengan sesama orang beriman yang juga seperti mereka. Mereka berlaku tegas dan tidak kompromi kepada kaum kuffar dan munafik.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.”(QS. Al-Fath [48] : 29)
Mereka tidak menjadi akrab karena faktor-faktor material-managerial atau sebab duniawi lainnya. Sehingga walau mereka tidak berada di dalam suatu wadah formal bersama seperti sebuah organisasi, partai atau jamaah, namun mereka segera menjadi saling mendekat begitu vibrasi ruh mereka saling mendeteksi kedekatan dan kemurnian penghambaan diri kepada Allah سبحانه و تعالى semata. Ketika mereka mendeteksi bahwa mereka ternyata sama-sama memusuhi syetan dan thaghut, hati merekapun saling merapat satu sama lain. Ketika mereka sama-sama mengetahui bahwa Islam yang mereka inginkan haruslah bersih dari segala percampuran dengan falsafah, jalan hidup, pedoman hidup lainnya yang tidak bersumber dari Allah سبحانه و تعالى maka merekapun dengan mudahnya saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Ruh-ruh mereka yang terkondisi melalui berbagai ibadah dan amal sholeh yang sesuai sunnah Rasulullah صلى الله عليه و سلم dan terpaut dengan baik kepada Allah سبحانه و تعالى Rabbul ‘aalamiin, maka merekapun menyatu di dalam rahmat Allah سبحانه و تعالى
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: Ruh-ruh manusia itu seperti prajurit yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih.” (Shahih Muslim No. 4773)
Jadi, bukanlah dengan sekedar mengaku muslim sekumpulan orang akan segera menyatu dan menjadi akrab. Tetapi kesungguhan muslimin tersebutlah untuk berkomitmen kepada Allah سبحانه و تعالى semata sebagai Rabb, Islam sebagai dien (way of life/jalan hidup/pedoman hidup) satu-satunya yang tidak dicampuri dengan dien lainnya, serta Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم sebagai panutan tunggal, maka itu semualah yang akan menentukan menyatunya hati kaum muslimin tersebut. Sebab itulah bukti sebenarnya bahwa Allah سبحانه و تعالى telah dijadikan satu-satunya Zat Pemersatu yang hakiki oleh kumpulan muslimin tadi. Dan adakah pemersatu selain Allah سبحانه و تعالى ? Tentu tidak ada! Oleh karenanya, Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis-salaam mencela kaumnya ketika mereka berkhayal menjadikan sembahan mereka dan nenek-moyang mereka sebagai pemersatu di antara kaumnya. Kalaupun sembahan yang disakralkan itu dapat menyatukan kaumnya, maka itu hanyalah persatuan semu sebatas berlaku di dunia. Sedangkan di akhirat kelak mereka bakal saling mencaci dan melaknat sebagai penyesalahan atas keyakinan syirik tersebut.
وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِيَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
“Dan berkata Ibrahim: “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu mela’nati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu.” (QS. Al-Ankabut [29] : 25)
Jadi, segala bentuk alat pemersatu produk manusia sesungguhnya berperan sebagaimana sembahan-sembahan di masa kaum Nabi Ibrahim as di atas. Memang benar dia dapat mempersatukan sekumpulan manusia, tetapi untuk sebatas di dunia saja. Adapun di akhirat nanti mereka akan saling mengingkari dan mela’nat. Dan dewasa ini terdapat begitu banyak alat pemersatu produk manusia yang diyakini dapat berperan sebagai alat pemersatu selain Allah سبحانه و تعالى. Jika yang tertipu dengan alat pemersatu bikinan manusia tersebut hanyalah kaum kuffar, kita masih dapat memakluminya. Tetapi yang sungguh memprihatinkan adalah bahwa tidak sedikit pula kaum muslimin yang ikut serta dalam pagelaran penciptaan alat-alat pemersatu semu tersebut. Sehingga mereka tidak lagi bangga dan merasa mulia jika mengaku diri sebagai murni kaum muslimin sebagaimana sebutan resmi yang Allah سبحانه و تعالى telah sematkan kepada mereka di dalam Al-Qur’an. Mereka merasa perlu mengaku dengan sebutan tambahan seperti Islamis-demokrat, Islamis-nasionalis, Islamis-moderat, Islamis-progresif, Islamis-pluralis bahkan Islamis-liberalis.
Pantaslah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم pernah menggambarkan mengenai sekumpulan ummatnya yang semula ia panggil dan hendak ia berikan air minum dari telaga Al-Haudh. Namun ada yang menghalau mereka supaya menjauh dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم seolah mengisyaratkan bahwa mereka tidak berhak ats pemberian Nabi صلى الله عليه و سلم yang sangat didambakan oleh setiap muslim. Mengapa? Karena ternyata mereka telah menjadi muslim sebatas pengakuan formal belaka. Adapun komitmen mereka tidak sesuai dengan tuntutan semestinya. Mereka tidak menjadikan Allah سبحانه و تعالى semata sebagai Zat Pemersatu. Bahkan mereka telah mengembangkan sejenis jalan hidup yang asing dari dienullah Al-Islam sepeninggal Rasulullah صلى الله عليه و سلم sambil mereka tetap ngotot mengaku diri mereka muslim. Maka akhirnya Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم juga turut mengusir mereka. Na’udzubillaahi min dzaalika.
أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: “Apa pendapat kalian, seandainya seorang lelaki mempunyai seekor kuda yang berbulu putih di dahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-tengah sekelompok kuda yang hitam legam. Apakah dia akan mengenali kudanya itu?” Para Sahabat menjawab, ‘Sudah tentu wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda lagi: ‘Maka mereka datang dalam keadaan muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudlu. Aku mendahului mereka ke telaga. Ingatlah! Ada golongan lelaki yang dihalangi dari datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat’. Aku memanggil mereka, ‘Kemarilah kamu semua’. Maka dikatakan, ‘Sesungguhnya mereka telah menukar ajaranmu selepas kamu wafat’. Maka aku bersabda: “Pergilah jauh-jauh dari sini.” (Shahih Muslim No. 367)

Keutamaan Puasa ‘Asyuura di Bulan Muharram


Saudaraku, kita sekarang berada di bulan Muharram awal tahun baru hijriyah. Berdasarkanbeberapa hadits ditemukan anjuran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepada ummat Islam agar  melaksanakan puasa di tanggal sepuluh bulan Muharram. Tanggal sepuluh bulan Muharram biasa disebut Yaum ’Aasyuura (Hari kesepuluh bulan Muharram).
Suatu ketika Nabi Muhammadshollallahu ’alaih wa sallammendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari ’Asyuura. Lalu beliau bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari itu. Merekapun menjelaskan bahwa hal itu untuk memperingati hari dimana Allah telah menolong Nabi Musa bersama kaumnya dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Bahkan pada hari itu pula Allah telah menenggelamkan Fir’aun sebagai akibat kezalimannya terhadap Bani Israil. Mendengar penjelasan itu maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam-pun menyatakan bahwa ummat Islam jauh lebih berhak daripada kaum Yahudi dalam mensyukuri pertolongan Allah kepada Nabi Musa. Maka beliau-pun menganjurkan kaum muslimin agar berpuasa pada hari ’Asyuura.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ
الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ
فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ
وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا
 فَنَحْنُ نَصُومُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam tiba di Madinah mendapati kaum Yahudi berpuasa padahari ‘Asyuura. Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Hari apakah ini sehingga kalian berpuasa padanya?” Mereka (kaum Yahudi) menjawab: ”Ini adalah hari agung dimana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun beserta kaumnya, lalu Musa berpuasa pada hari itu sebagai ungkapan syukur sehingga kamipun berpuasa.” Maka Rasulullahshollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Kami (kaum Muslimin) lebih berhak atas Musa daripada kalian (kaum Yahudi). Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam-pun berpuasa dan menyuruh (kaum muslimin) berpuasa.” (HR Muslim)
Bahkan dalam hadits lainnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam digambarkan sebagai sangat mengutamakan puasa pada hari ke sepuluh bulan Muharram tersebut. Sahabat Ibnu Abbas meriwayatkan kesaksiannya sebagai berikut:
سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ
فَقَالَ مَا عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
صَامَ يَوْمًا يَطْلُبُ فَضْلَهُ عَلَى الْأَيَّامِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ
وَلَا شَهْرًا إِلَّا هَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي رَمَضَانَ

Ibnu Abbas berkata: “Aku tidak tahu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperhatikan puasa satu hari yang lebih diutamakannya atas yang lainnya selain hari ini (Hari ’Asyuura) dan bulan ini, maksudnya bulan Ramadhan.” (HR Bukhary dan Muslim)  
Lalu apakah fadhillah (keutamaan) berpuasa pada hari ’Asyuura ini? Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berdoa kepada Allah agar semoga barangsiapa yang berpuasa ’Asyuura Allah ampuni dosanya selama satu tahun yang telah berlalu.
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Puasa hari ‘Asyuura, saya memohon kepada Allah agar menjadikannya sebagai penebus (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR Muslim)
Berarti puasa Muharram sangatlah bermanfaat bagi siapapun yang sadar bahwa dirinya tidak luput dari dosa dan kesalahan. Tentulah setiap orang bertaqwa gemar memperoleh ampunan Allah. Sebab demikianlah Allah sediakan bagi orang-orang bertaqwa, yaitu ampunan dan surga seluas langit dan bumi.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran ayat 133)

Untuk tahun ini jika tanggal satu Muharram 1435 Hijriyyah jatuh pada hari Selasa 5 November 2013 berarti hari ’Asyuura insya Allah bertepatan dengan hari Kamis 14 November 2013 . Semoga Allah kuatkan, izinkan dan berkahi kita semua untuk melaksanakan puasa ’Asyuura tahun ini. Amin ya Rabb.
Namun demikian perlu selalu diingat bahwa betapapun anjuran Nabi shollallahu ’alaih wa sallam akan keutamaan puasa ’Asyuura hukumnya tetap sunnah artinya tidak wajib dikerjakan. Itulah sebabnya kita juga dapati adanya hadits dimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyerahkan kepada kita apakah ingin berpuasa atau tidak pada hari ’Asyuura tersebut. Wallahu a’lam bish-showwaab.
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ
 إِنَّ هَذَا يَوْمٌ كَانَ يَصُومُهُ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ
فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ
وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَا يَصُومُهُ إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ صِيَامَهُ
Abdullah bin Umar mendengar Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda mengenai hari ‘Asyuura: “Ini merupakan hari dimana kaum jahiliyyah biasa berpuasa. Maka barangsiapa yang suka silahkan ia berpuasa. Dan barangsiapa yang ingin meninggalkannya, maka tinggalkanlah.” Dan Abdullah tidak berpuasa padanya kecuali bertepatan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berpuasa padanya. (HR Muslim)

Sabar Dan Biarlah Allah Menentukan Jadwal Kemenangan


Salah satu kendala utama berda’wah di zaman penuh fitnah dewasa ini ialah kenyataan betapa pahitnya kondisi yang sedang dialami ummat Islam di segenap penjuru dunia. Banyak negeri kaum muslimin dewasa ini dipaksa terlibat dalam konflik fisik karena penjajahan lokal terang-terangan seperti yang dialami saudara-saudara kita di Palestina oleh Zionis Yahudi, Chechnya oleh Rusia, Kashmir oleh India, Fatani oleh Thailand, Mindanau oleh Filipina serta Uigur oleh Cina. Belum lagi penjajahan yang berkedok War on Terror (WOT) seperti yang dilakukan kekuatan NATO dengan komandannya Amerika Serikat di Irak, Afghanistan dan sebentar lagi di Yaman. Sebagaimana hal serupa dilakukan oleh kekuatan militer Uni Afrika terhadap Mujahidin di Somalia.
Lambat laun semua konflik yang menimpa ummat Islam diseragamkan sebutannya menjadi WOT. Sehingga betapapun canggihnya retorika mereka mengatakan bahwa WOT bukanlah perang melawan Islam dan kaum muslimin, namun kian hari fakta yang ada kian kuat membantahnya. Amerika sudah sangat sering berkoar-koar menggolongkan Kuba dan Korea Utara sebagai negara teroris, tapi nyatanya tidak pernah kita menyaksikan pengerahan kekuatan militer terhadap kedua negara berpenduduk mayoritas non-muslim tersebut sebagaimana dilakukan terhadap negeri Muslim semisal Irak dan Afghanistan. Bahkan semenjak gagalnya upaya peledakan sebuah pesawat penerbangan Amerika Serikat pada malam Natal 2008 empatbelas negara mayoritas muslim dimasukkan ke dalam daftar hitam (baca: daftar bangsa teroris) oleh Amerika Serikat. Perhatikanlah kutipan berita dari The New York Times 4 Januari 2010:
Under the new rules, all citizens of Afghanistan, Algeria, Lebanon, Libya, Iraq, Nigeria, Pakistan, Saudi Arabia, Somalia and Yemen must receive a pat down and an extra check of their carry-on bags before boarding a plane bound for the United States, officials said. Citizens of Cuba, Iran, Sudan and Syria — nations considered “state sponsors of terrorism” — face the same requirement.
Setiap hari kita selalu disajikan berita terbunuhnya kaum muslimin di negeri-negeri yang terlibat dalam konflik. Saking seringnya pemberitaan mengenai terbunuhnya kaum muslimin kitapun semakin terbiasa dan lama-kelamaan menjadi jenuh akhirnya tidak peduli. Sementara itu di negeri kaum muslimin yang tidak terlibat konflik fihak penguasa global kafir tidak henti-hentinya melakukan rekayasa dan konspirasi untuk mencegah munculnya kekuatan ummat Islam sejati sambil memberikan dukungan seluas-luasnya kepada kelompok muslimin yang rela dibentuk ideologinya (baca: aqidah dan fikrahnya) sesuai ideologi materialisme, sekularisme, pluralisme, liberalisme dan demokrasi Barat modern. Barangsiapa yang tidak bersedia menyesuaikan ideologinya dengan ideologi Barat modern akan dengan mudahnya dilabel sebagai kaum fundamentalis, ekstrimis bahkan teroris..! Mereka akan diburu, di-inteli dan sekurang-kurangnya ditandai sebagai fihak yang mesti diwaspadai. Mereka dianggap sebagai pengganggu stabilitas dan keamanan negara. Bila dinilai bersalah dan diduga terlibat dengan aksi teror bisa dengan mudahnya dijebloskan ke sel semisal Guantanamo tanpa pernah boleh membayangkan adanya proses pengadilan. Sementara muslimin -apalagi aktifis da’wah- yang menerima ideologi mereka akan segera memperoleh aneka fasilitas duniawi dan jaminan hidup, baik harta, tahta maupun wanita.
Keadaan ini sangat mirip dengan keadaan yang telah dilalui oleh generasi awal kaum muslimin di masa Rasulullah berjuang di kota Mekkah sebelum hijrah. Pada masa itu siapa saja yang mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dianggap sebagai pengganggu stabilitas dan keamanan negara. Sebab Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat menawarkan ideologi yang sangat berbeda bahkan bertentangan langsung dengan ideologi kaum musyrikin Quraisy Mekkah. Banyak sahabat yang mengalami pengusiran, penganiayaan, penyiksaan, pemboikotan, pemenjaraan hingga pembunuhan. Keadaan sedemikian parahnya sehingga salah seorang sahabat berkeluh-kesah kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam melihat kenyataan pahit yang dialami kaum muslimin ahlut-tauhid.
عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ قَالَ شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ قُلْنَا لَهُ أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا
أَلَا تَدْعُو اللَّهَ لَنَا قَالَ كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ
فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهِ فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ
فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ
مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ
وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ
لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ أَوْ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
Dari Khabab bin Al-Arat ia berkata: ”Kami mengeluh di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallamsaat beliau sedang bersandar di Ka’bah. Kami berkata kepadanya: ”Apakah engkau tidak memohonkan pertolongan bagi kami? Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kami?” Beliau bersabda: ”Dahulu seorang lelaki ditanam badannya ke dalam bumi lalu gergaji diletakkan di atas kepalanya dan dibelah menjadi dua namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Dan disisir dengan sisir besi sehingga terkelupaslah daging dan kulitnya sehingga tampaklah tulangnya namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, urusan ini akan disempurnakan Allah sehingga seorang penunggang kuda akan berkelana dari San’aa ke Hadramaut tidak takut apapun selain Allah atau srigala menerkam dombanya, akan tetapi kalian tergesa-gesa!” (HR Bukhary 3343)
Saudaraku, sungguh apa yang dialami ummat Islam dewasa ini di zaman penuh fitnah ini hanya merupakan repetisi sejarah. Ini merupakan sunnatullah yang mesti dialami oleh kaum muslimin ahlut-tauhid sepanjang perjalanan sejarah kemanusiaan. Yang paling penting adalah menjadikan aqidah dan fikrah Islamiyah sebagai barang paling berharga yang mesti dijaga kemurniannya hingga maut datang menjemput. Sebab urusan ideologi inilah urusan paling pokok bagi seorang mu’min. Urusan ideologi ini pulalah sebab utama diutusnya para Rasul Allah.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu…” (QS AnNahl ayat 36)
Ketika masyarakat jahiliyyah musyrik Quraisy Mekkah berdiri di atas fondasi ideologi syirik non-Tauhid Nabi shollallahu ’alaih wa sallam samasekali tidak berkenan terlibat dalam pengaturan dan pengelolaan masyarakat Mekkah. Beliau sibuk terus membina lahirnya suatu generasi baru ahlut-tauhid yang dipersiapkan untuk mewujudkan masyarakat baru menggantikan masyarakat jahiliyyah tersebut. Namun beliau mensyaratkan agar masyarakat yang dibina ideologinya tersebut memiliki kesabaran yang berlipat ganda. Jangan hendaknya mereka mudah goyah lantaran ancaman lawan maupun rayuan musuh. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjamin bahwa pertolongan dan kemenangan dari Allah merupakan suatu keniscayaan, namun hendaknya semua fihak bersabar dan bersabar dan bersabar. Sedemikian rupa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menekankan perlunya bersabar sehingga beliau mengingatkan sahabat Khabab bin Al-Arat akan pengalaman jauh lebih pahit kaum mukminin generasi terdahulu.
Padahal sahabat Khabab bukanlah sahabat yang tidak mengalami derita dalam mempertahankan iman Tauhidnya. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab beliau hadir dalam suatu majelis dimana Umar menyuruh masing-masing sahabat Muhajirin menceritakan pengalaman dan pengorbanan sewaktu masa jahiliyyah berjuang di Mekkah untuk menjadi pelajaran bagi yang lainnya. Masing-masing menceritakan pengalamannya. Begitu tiba giliran Khabab beliau langsung membuka bajunya dan memperlihatkan punggungnya kepada jamaah majelis. Betapa terkejutnya mereka melihat punggungnya yang dipenuhi lubang-lubang berwarna hitam sebesar bola kasti. Umar menanyakan apa yang telah terjadi. Maka Khabab berkata: ”Aku dulu disiksa dengan cara disuruh berbaring terlentang di atas tumpukan batu yang telah dibakar sehingga aku bisa mencium bau dagingku terbakar seperti bau sate panggang!”
Saudaraku, sungguh perjuangan menegakkan Tauhid melalui jalan yang telah ditempuh Nabi Muhammadshollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat dewasa ini memerlukan kesabaran. Kesabaran untuk mempertahankan aqidah Rabbani ini. Kesabaran untuk menyaksikan saudara-saudara kita yang masih saja mengalami aneka penganiayaan dari fihak musuh Allah sedangkan kita tidak berdaya menolong mereka selain melalui doa. Dan yang sangat penting adalah kesabaran untuk bertawakkal kepada Allah dalam hal penentuan jadwal kemenangan. Jangan sekali-kali karena tidak sabar hidup dalam kondisi kekalahan, kemudian kita melakukan tindakan konyol yang kontraproduktif bagi kemuliaan Islam dan muslimin. Umumnya ketergelinciran dari jalan lurus hanya terjadi karena dua kemungkinan, yaitu ancaman atau rayuan fihak musuh Allah. Zaman sekarang biasa disebut dengan stick and carrot approach. Yang paling mengerikan adalah ketika ada sejumlah aktifis da’wah masuk dalam perangkapstick and carrot approach tadi malah mengira sudah semakin dekat kepada kemenangan yang mereka tentukan sendiri jadwal dan bentuknya. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.-
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ
مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
‘Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS Al-Baqarah ayat 214)
Saudaraku, pertolongan Allah menjadi dekat bilamana sense of crisis telah berada dalam frekuensi yang sama antara pemimpin perjuangan dan para pengikutnya. Bila sudah satu frekuensi dan terfokus kepada hanya dan hanya mengharapkan pertolongan Allah, maka dalam keadaan seperti itu berarti pertolongan Allah sudah sangat dekat. Demikianlah yang ditunjukkan oleh para pendahulu kita. Derita ummat menjadi derita Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, sukacita ummat seringkali hanya menjadi sukacita ummat sedangkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam tetap zuhud dan sederhana dalam kenikmatan mendekatkan diri kepada Allah dan menyantuni kaum dhuafa. Adakah kondisi ummat dewasa ini khususnya mereka yang mengaku aktifis da’wah sudah seperti para pendahulu kita? Wallahu a’lam.-

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More