MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Pada
hakikatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses komunikasi antara guru
dan siswa. Sebagai komunikan dalam proses belajar mengajar diatas adalah siswa,
sedangkan sebagai komunikatornya menurut prinsip pendidikan modern adalah guru
dan siswa itu sendiri. Proses komunikasi yang mungkin terjadi selama proses
belajar mengajar adalah :
a. Komunikasi
searah, dalam hal ini komunikasi yang dimaksud hanya terjadi dari guru ke
siswa.
b. Komunikasi
dua arah, komunikasi terjadi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan
guru.
c. Komunikasi
banyak arah, komunikasi terjadi antara guru dengan siswa atau antara siswa
dengan siswa atau antara siswa dengan guru.
Dalam
proses komunikasi guru dapat menyampaikan apa yang dimiliki kepada siswanya
dengan tujuan agar pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seorang guru dapat
pula dimiliki siswanya. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi
tidak selalu dapat berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi itu
dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian, bahkan mungkin salah konsep.
Kesalahan komunikasi bagi seorang guru dapat dirasakan oleh para siswanya
sebagai penghambat proses belajarnya. Kesalahan komunikasi dalam proses belajar
mengajar dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya:
1. Guru
sebagai komunikator kurang mampu dalam cara menyampaikan pesan ;
2. Adannya
perbedaan daya tengkap para siswa sebagai komunikan;
3. Adanya
perbedaann ruang dan waktu antara guru sebagai komunikator dengan siswa sebagai
komunikan ;
4. Jumlah
siswa sebagai komunikan sangat besar, sehingga sukar dijangkau secara perorangan
oleh guru sebagai komunikator.
Untuk menghindari atau mengurangi
kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi maka harus digunakan sarana
yang dapat membantu proses komunikasi, diantaranya yang disebut dengan media.
Dalam proses belajar mengajar, media yang digunakan disebut pula media
pendidikan. Karena media sebagai unsur penunjang dalam proses komunikasi maka
jenis, bentuk dan fungsi media itu sangat ditentukan oleh jenis, bentuk dan
tujuan komunikasi itu sendiri.
1. PENGERTIAN
MEDIA
Menurut
Santoso S. Hamidjojo, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang
penyebar idea, sehingga gagasannya sampai pada penerima. Menurut Mc Luhan,
media adalah sarana yang disebut pula channel, karena pada hakikatnya media
telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan,
mendengar dan melihat batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan
bentuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada. Sedangkan menurut
menurut Blake dengan Horalsen, media adalah saluran dimana perantara ini
merupakan jalan atau alat untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator
dengan komunikan. Ada dua pendapat mengenai media pendidikan yang dapat
diutarakan disini :
Pertama,
Santoso S. Hamidjojo, adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan
tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis-garis
Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan
pencapaian suatu kegiatan belajar mengajar.
Kedua,
menurut Briggs, media pendidikan adalah peralatan fisik untuk membawakan atau
menyampaikan pengajaran, mencakup buku, film, video tape sajian slide tape dan
sebagainya, serta suara guru dan perilaku non verbal.
Dari kedua batasan media pendidikan
tersebut diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud media pendidikan
adlah perangkat “software” dan “Hardware” yang berfungsi sebagai alat belajar
dan alat bantu belajar. Yang dimaksud dengan “hardware” pada definisi
diatas adalah peralatan seperti : overhead projektor, radio, recorder,
televisi, video tape, slide dan projektor film. Sedangkan yang dimaksud
“software” adalah informasi dan cerita yang terdapat pada “hardware” diatas.
Media pembelajaran metematika yang lebih cenderung disebut alat peraga
matematika dapat didefinisikan sebagai suatu alat peraga yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuan dan isi GBPP bidang studi matematika dan bertujuan
untuk mempertinggi mutu kegiatan kegiatan belajar mengajar.
2. MENGAPA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBUTUHKAN MEDIA
1. Objek
matematika itu abstrak sehingga memerlukan peragaan
Dengan alat pembelajaran matematika,
materi matematika yang abstrak disajikan kedalam pendekatan yang lebih konkret,
ada visualisasinya, serta manfaat dalam mempelajari materi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara menurut Murwani (1999), untukmembelajarkan
matematika secara benar pada siswa mutlak harus menggunakan alat
peraga untuk memudahkan siswa mengenal konsep‑konsep matematika.
2. Sifat
materi matematika tidak mudah dipahami
Materi dari matematika bersifat
abstrak, hal ini menjadikan materi matematika tidak mudah dipahami oleh
kebanyakan siswa. Maka dari itu dengan alat pembelajaran matematika siswa
diharuskan berpartisipasi lebih aktif, mereka tidak hanya melihat, mendengar,
dan memperhatikan saja, tetapi mereka juga harus melakukan/latihan, sehingga
pembelajaran minds on dan hands on bisa tercapai, konsep dibangun oleh siswa
sendiri. Contohnya : dalam metode eliminasi, apabila disajikan dalam alat
peraga maka tiap langkah yang harus dilakukan tidak dihapal oleh siswa tetapi
dipahami, mereka membangun konsep sendiri dan mereka tahu alasan melakukan tiap
langkah tersebut.
3. Hirarki
matematika ketat dan kaku.
Dalam matematika terdapat materi
prasyarat yang diperlukan untuk dapat menginjak ke materi selanjutnya. Hirarki
belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau up down
(Orton,1987). Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun
keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak
dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan, atau
pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih
dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan
diatasnya. Hirarki matematika bersifat ketat dan kaku artinya dalam
pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip dan konsep-konsep terdefinisi
sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat
berikutnya lagi. Jadi diperlukan media agar dapat menuntun untuk terbiasa dalam
belajar matematika yang tatanannya bersifat siatematis dan cenderung kaku.
4. Aplikasi
matematika kurang nyata
Dapat dirasakan oleh siswa bahwa
aplikasi matematika itu kurang nyata, bahkan siswa hanya menganggap bahwa
matematika adalah kumpulan angka dan simbol-simbol. Oleh karena itu diperlukan
media agar matematika dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan begitu siswa juga dapat dengan mudah dalam mempelajari konsep-konsep
dalam matematika.
5. Belajar
matematika perlu fokus
Matematika memang tidah mudah
dipahami, serta hirarkinya yang kaku sehingga membuat siswa menjadi kesulitan
dalam mempelajari matematika. Maka dari itu siswa harus fokus ketika guru
sedang menerangkan materi matematika, sedangkan kebanyakan guru menggunakan
metode ceramah dalam pembelajarannya. Akibatnya siswa menjadi cepat lelah dan
bosan dalam belajar matematika, oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki
kreatifitas dalam pembelajaran matematika. Alat peraga dapat membatu guru untuk
menyampaikan ide atau gagasannya dalam pembelajaran matematika agar siswa lebih
aktif dan tidak bosan.
6. Citra
pembelajaran matematika kurang baik
Pandangan siswa saat ini terhadap
matematika memang kurang baik, mereka berpandangan bahwa pembelajaran
matematika itu menakutkan, tegang, bosan dan banyak PR. Hal ini disebabkan
karena guru kurang dapat mengkomunikasikan materi matematika yang bersifat kaku
tersebut agar dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Pembelajaran
matematika di sekolah sampai saat ini umumnya dimulai dari penyampaian definisi
atau pengertian dari suatu objek secara intuitif, dilanjutkan dengan
pengoperasian terhadap objek tersebut, serta diakhiri dengan pemberian contoh kemudian
pemberian tugas atau PR yang banyak sebagai latihan.Dalam pembelajaran matematika yang notabennya banyak siswa
yang menganggap bahwa matematika itu sulit, penuh dengan rumus-rumus dan
angka-angka, sehingga sebelum kegiatan pembelajaran dimulai siswa sudah
menyerah dan merasa tidak akan mampu menguasai materi pelajaran yang akan
disampaikan, hal ini mengakibatkan siswa menjadi tidak dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu alat peraga dapat membantu guru
untuk mengubah paradigma yang selama ini berkembang pada masyarakat pada
umumnya dan siswa khususnya.
7. Kemampuan kognitif siswa masih konkret
Pada dasarnya kemampuan kognitif
siswa itu konkret, sedangkan materi matematika itu bersifat abstrak. Hal ini
akan menjadi hambatan bagi siswa dalam pembelajaran matematika. maka untuk
memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkret
(Soedjadi, 1995:1) Suatu konsep diangkat melalui manipulasi dan observasi
terhadap obyek konkret, kemudian dilakukan proses abstraksi dan idealisasi.
Jadi dalam proses pembelajaran matematika, peranan media/alat peraga sangat
penting untuk pemahaman suatu konsep atau prinsip.
8. Motivasi
belajar siswa tidak tinggi
Matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di
bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa
depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Atas dasar hal
tersebut, maka pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar (SD) hingga dewasa untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Oleh karenanya, mulai saat ini harus segera kita galakkan upaya bagaimana untuk
memasyarakatkan matematika. Dalam arti bagaimana masyarakat itu mengetahui
matematika secara utuh, sehingga tidak ada kepincangan informasi di masyarakat.
Akar permasalahan yang menimbulkan matematika tidak memasyarakat, salah satunya
disebabkan informasi yang diterima masyarakat bersifat parsial. Kepincangan
informasi tersebut yang mengakibatkan persepsi masyarakat terhadap matematika
menimbulkan kesan negatif. Dengan demikian cara yang paling efektif menurut
hemat penulis dalam rangka memasyarakatkan konsep matematika secara utuh adalah
melalui siswa yang sedang belajar matematika di bangku sekolah. Lalu,
pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana seharusnya proses pendidikan
atau pembelajaran matematika di sekolah itu diselenggarakan. Mungkinkah
menghadirkan pendidikan matematika yang lebih manusiawi sehingga matematika
tidak lagi dipandang sebagai momok yang menyeramkan?
Menyelenggarakan proses pembelajaran
matematika di sekolah yang lebih baik dan bermutu adalah suatu keharusan yang
tidak dapat ditawar lagi. Sudah bukan zamannya lagi matematika menjadi momok
yang menakutkan bagi siswa di sekolah. Jika selama ini, matematika dianggap
sebagai ilmu yang abstrak dan kering, melulu teoretis dan hanya berisi
rumus-rumus, soal-soal, maka sudah saatnya bagi siswa untuk menjadi lebih akrab
dan familier dengan matematika. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat
menghadirkan pembelajaran matematika yang humanis.
Dalam menghadapi kompleksitas permasalahan
pendidikan matematika di sekolah, pertama kali yang harus dilaksanakan adalah
bagaimana menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika. Sebab tanpa
adanya minat, siswa akan sulit untuk mau belajar, dan kemudian menguasai
matematika secara sempurna. Menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika
akan sangat terkait dengan berbagai aspek yang melingkupi proses pembelajaran
matematika di sekolah. Aspek-aspek itu menyangkut pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran matematika, metode pengajaran, maupun aspek-aspek lain yang
mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran
matematika, misalnya sikap orang tua (atau masyarakat pada umumnya) terhadap
matematika.
Untuk menumbuhkan minat siswa
terhadap matematika, pembelajaran matematika di sekolah dalam penyajiannya
harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa. Matematika
sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, seringkali hal tersebut
tidak dihadirkan dalam proses pembelajaran matematika. Akibatnya siswa mengenal
matematika tidak secara utuh. Matematika hanya dikenal oleh siswa sebagai
kumpulan rumus, angka, dan simbol belaka.
Pembelajaran matematika di sekolah
tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang digunakan oleh guru. Dan pendekatan
tersebut biasanya dipengaruhi oleh pemahaman guru tentang sifat matematika,
bukan oleh apa yang diyakini paling baik untuk proses pembelajaran matematika
di kelas. Guru yang memandang matematika sebagai produk yang sudah jadi akan
mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk menerima pengetahuan yang sudah
jadi. Guru akan cenderung mengisi pikiran siswa dengan sesuatu yang sudah jadi.
Sementara, guru yang memandang bahwa matematika merupakan suatu proses akan
lebih menekankan aspek proses daripada aspek produk dalam pembelajaran
matematika. (Marpaung, 1998).
Akhirnya, yang menjadi permasalahan
psikologis adalah bahwa pendidikan matematika di negeri ini sudah terlanjur dan
banyak “luka psikologis” yang diderita siswa berkaitan dengan pendidikan
matematika. Untuk dapat menyembuhkan luka psikologis tersebut maka peran
seorang guru sangat besar dalam hal ini, sehingga minat siswa terhadap
matematika tumbuh subur kembali. Pendidikan matematika di sekolah hanya akan
berlangsung dengan baik dan sampai pada tujuannya jika ada sinergi dari banyak
pihak, seperti siswa, guru, orang tua, dan pihak lain yang secara langsung
maupun tidak langsung terlibat dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.
Antara saatu komponen dan komponen lain yang terlibat dalam pendidikan
matematika diharapkan dapat saling menginspirasi agar pembelajaran matematika
di sekolah menjadi lebih menyenangkan, lebih mengasyikkan, lebih dinamis, dan
humanis. Dengan berbagai usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah ini, maka diharapkan matematika tidak lagi dipandang
secara parsial oleh siswa, guru, masyarakat, atau pihak lain. Melainkan mereka
dapat memandang matematika secara utuh yang pada akhirnya dapat memacu dan
berpartisipasi untuk membangun peradaban dunia demi kemajuan sains dan
teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Media
pembelajaran matematika dapat mendorong keinginan siswa untuk mengetahui lebih
banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh
guru/pendidik, sehingga memotivasi siswa dan partisipasi siswa dominan. Contoh
: dengan menggunakan media flash sajian materi lebih menarik serta antusias
siswa dalam belajar meningkat, rasa kantuk pun akan terkalahkan, karena gambar,
suara dan video akan lebih menarik untuk mereka.
3. Tujuan,
Fungsi, manfaat media pembelajaran
1. Tujuan
Penggunaan media pengajaran sangat
diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam
pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin (1986:17-18) menyatakan bahwa tujuan
penggunaan media pengajaran adalah (1) agar proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna, (2) untuk
mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak
didik, (3) untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta
memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik, (4) untuk dapat
mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam
tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, (5) untuk
menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu
dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh
guru/pendidik. Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang tujuan
pemanfaatan media adalah (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menimbulkan motivasi, (2) bahan pelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami, (3) metode mengajar akan lebih
bervariasi, dan (4) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media adalah (1) efektivitas dan
efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, (2) meningkatkan motivasi belajar
siswa, (3) variasi metode pembelajaran, dan (4) peningkatan aktivasi siswa
dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Fungsi
Dalam sistem pembelajaran modern,
maka metode, prosedur dan teknik yang diterapkan dalam mengajar bidang studi
mempunyai tujuan agar supaya proses pembelajaran efektif. Media di sini
mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam mencapai tujuan pembelajaran
tersebut, karena media tersebut mempunyai banyak fungsi. Fungsi media
pembelajaran di sini akan penulis sitir dari pendapat para ahli atau hasil
penelitian, yaitu antara lain:
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kegunaan berbagai media pembelajaran oleh Edgar Dale, YD Finn dan F.Hoban dari Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa media audio visual aids (AVA) apabila dipergunakan secara baik dan benar akan memberikan sumbangan pendidikan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan pemikiran yang abstrak maupun konkrit
b. Dapat memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain
c. Dapat memperoleh perbendaharaan siswa (tidak verbalistik)
d. Mempertinggi perhatian siswa
e. Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya selt-activity.
f. Memberikan hasil belajar yang permanen
2. Menurut Derek Rowtree, media pembelajaran (media pembelajaran edukatif) mempunyai fungsi:
a. Membangkitkan motivasi belajar
b. Dapat mengulang apa yang telah dipelajari
c. Menyediakan stimulus belajar
d. Mengaktifkan respon peserta didik (siswa)
e. Menggalakan latihan yang serasi
f. Memberikan balikan dengan segera
3. Mc.Know mengemukakan bahwa media pembelajaran mempunyai 4 (empat) fungsi yaitu:
a. Memberikan kejelasan (Clarification)
b. Memberikan rangsangan (Stimulation)
c. Memberikan motivasi belajar
d. Mengubah titik berat pendidikan formal yang mementingkan kebutuhan kehidupan siswa dibandingkan dengan penekanan pada instruksional akademis.
Disamping ketiga pendapat tersebut diatas, masih banyak pendapat lain misalnya bahwa, fungsi media dapat mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik (siswa) dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungannya. Disamping menambah pengalaman yang nyata tentang sesuatu yang nyata dan menambah variasi dalam menyajikan.
Media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, karena media pembelajaran pada umumnya merupakan suatu yang baru bagi siswa sehingga dapat menarik perhatiannya. Media mendorong siswa untuk ingin tahu lebih banyak dan memungkinkan untuk berbuat sesuatu. Selain itu media memberikan kepada siswa besar dibandingkan dengan cara tradisional, serta media lebih konkrit dan mudah untuk dipahami.
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kegunaan berbagai media pembelajaran oleh Edgar Dale, YD Finn dan F.Hoban dari Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa media audio visual aids (AVA) apabila dipergunakan secara baik dan benar akan memberikan sumbangan pendidikan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan pemikiran yang abstrak maupun konkrit
b. Dapat memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain
c. Dapat memperoleh perbendaharaan siswa (tidak verbalistik)
d. Mempertinggi perhatian siswa
e. Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya selt-activity.
f. Memberikan hasil belajar yang permanen
2. Menurut Derek Rowtree, media pembelajaran (media pembelajaran edukatif) mempunyai fungsi:
a. Membangkitkan motivasi belajar
b. Dapat mengulang apa yang telah dipelajari
c. Menyediakan stimulus belajar
d. Mengaktifkan respon peserta didik (siswa)
e. Menggalakan latihan yang serasi
f. Memberikan balikan dengan segera
3. Mc.Know mengemukakan bahwa media pembelajaran mempunyai 4 (empat) fungsi yaitu:
a. Memberikan kejelasan (Clarification)
b. Memberikan rangsangan (Stimulation)
c. Memberikan motivasi belajar
d. Mengubah titik berat pendidikan formal yang mementingkan kebutuhan kehidupan siswa dibandingkan dengan penekanan pada instruksional akademis.
Disamping ketiga pendapat tersebut diatas, masih banyak pendapat lain misalnya bahwa, fungsi media dapat mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik (siswa) dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungannya. Disamping menambah pengalaman yang nyata tentang sesuatu yang nyata dan menambah variasi dalam menyajikan.
Media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, karena media pembelajaran pada umumnya merupakan suatu yang baru bagi siswa sehingga dapat menarik perhatiannya. Media mendorong siswa untuk ingin tahu lebih banyak dan memungkinkan untuk berbuat sesuatu. Selain itu media memberikan kepada siswa besar dibandingkan dengan cara tradisional, serta media lebih konkrit dan mudah untuk dipahami.
3. Manfaat
Secara umum manfaat penggunaan media
pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu (1) media pengajaran dapat
menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang
disajikan, (2) media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar
anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, (3) media pengajaran dapat
membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh
dengan cara lain, (5) media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak
didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar
mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian
atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan
pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan
berkesinambungan, (6) media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik
untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (7)
media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24). Sedangkan
menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan
ruang, waktu, dan daya indera, misalnya (1) obyek yang terlalu besar bisa
digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) obyek yang kecil bisa
dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak yang terlalu cepat
dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed
photography, (4) kejadian atau peristiwa di masa lampau
dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek
yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model,
diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung
berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk
film, gambar, dan lain-lain. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media
pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada
beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam
situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk
menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan
proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2) pemanfaatan media di luar
situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu
media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada
kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak
dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara
terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur
secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti
pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan
pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau
massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan
media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara
kelompok, baik kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9—40 orang), (4)
media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh
orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat tersebut di
atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru
dalam memanfaatkan suatu media untuk
digunakan dalarn proses belajar mengajar harus memperhatikan beberapa hal,
yaitu (1) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) isi materi pelajaran, (3)
strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) karakteristik siswa yang belajar.
Karakteristik siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa
terhadap media yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan
melalui media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau
kosakata yang dimiliki siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi
materi yang disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk
memperhatikan jumlah siswa. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan
dengan jumlah siswa yang belajar.
4. Kapan
dan dimana media digunakan
Media dapat digunakan oleh siswa
ketika dalam proses pembelajaran atau ketika siswa membutuhkan media untuk
menghadapi atau membantu siswa dalam mengaplikasikan konsep matematika.
Berdasarkan kurikulum dikatakan
bahwa guru dalam melakukan pembelajaran matematika harus bisa membuat situasi
yang menyenangkan, memberikan alternatif penggunaan alat peraga atau media
pembelajaran yang bisa digunakan pada berbagai tempat dan keadaan, baik di :
· Sekolah
· Rumah
· Lingkungan
sekitar
5. Jenis
dan macam media
A. Manual
Adapun
karakteristik media manual yaitu :
· penyampaian
pesan lewat simbol-simbol visual
· bersifat
kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
· dapat
memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia
berapa saja
· mengandung
pesan yang bersifat interpretative
contoh dari media manual diantaranya:
· Model
bangun (d-r)
Penggunaan media pembelajaran
matematika pada pokok bahasan
Model bangun dimensi ruang yang melalui
visualisasi alat peraga berbasis TIK dengan
menggunakan Softwere Power Point pada kelas
eksperimen dan OHP pada kelas kontrol.
· Alat
ukur (meter)
Dengan media manual seperti penggaris dan busur derajat,
siswa belajar untuk menggunakan alat ukur tersebut misal dalam menghitung
panjang dan besar sudut dalam koordinat polar.
· Alat
permainan
Permainan ini merupakan teknik yang dapat memotivasi para
siswa, khususnya untuk materi yang berulang-ulang dan mebosankan. Permainan
mungkin hanya melibatkan satu orang, atau sekelompok siswa. Permainan sering
kali mensyarakan siswa untuk menggunakan keterampilan problem solving atau untuk
mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam tingkat akurasi dan efisiensi yang
tinggi.
· Skema
konsep
Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami
(natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak berupa pikiran. Yang produknya
berupa peta konsep. Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat
peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya
teridentifikasi tidak ada yang terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas,
kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-masing. Sehingga dalam media
pembelajaran matematika diperlukan skema konsep untuk memudahkan siswa dalam
belajar matematika.
· Peragaan
rumus
Alat peraga juga dapat dipakai untuk memeragakan rumus yang
ada dalam materi matematika. Sehingga dapat memudahkan siswa dalam menghafal,
memahami dan mengaplikasikan rumus tersebut.
· Gambar-diagram
Penyajian gambar dan diagram pada
media pembelajaran diperlukan ketika sesuai dengan materi. Hal ini akan
mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran matematika, misalkan diagram pada
materi statistika, gambar pada materi bangun ruang.
B. Elektronik
Adapun karakteristik dari media
elektronik (microsoft power point/macro media flash) diantaranya:
· Media
ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan
pengolahan teks, wana, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah
sendiri sesuai kreatifitas penggunanya.
· Pada
prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan pengontrolan
operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan
bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah
tersedia..
Contoh dari Media Elektronik yaitu :
· OHP
Media pembelajaran
yang digunakan untuk mengaktifkan siswa
adalah melalui media OHP, Overhead Projector (OHP),
yang diterjemahkan projektor lintas kepala adalah projektor yang dipergunakan
untuk memprojeksikan objek diam yang tembus cahaya (transparan). Projeksi
diterima oleh layar atau alternatifnya, sebagai misal dinding. Objek yang
dimaksud adalah filem transparansi (misal: polifinil asetat) yang diberi
tulisan atau gambar, sehingga bila diprojeksikan, pada layar akan tergambar
bayangan tulisan atau gambar yang ada pada filem transparansi. Sesekali objek
dapat berupa benda yang tidak tembus cahaya, akan tetapi mempunyai bentuk
tertentu yang bila diprojeksikan akan dapat memvisualisasikan suatu gagasan.
Penggunaaan media pembelajaran melalui visualisasi
alat peraga berbasis OHP dalam pembelajaran
matematika diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa.
· Komputer
Dengan perkembangannya yang semakin
canggih, maka sampai saat ini banyak dirasakan manfaatnya dalam berbagai bidang
kehidupan. Salah satu manfaat komputer adalah dalam bidang pendidikan misalnya
multimedia. Dimana dengan pemanfaatan multimedia, proses pembelajaran lebih
bermakna, karena mampu menampilkan teks, warna, suara, video, gerak, gambar serta
mampu menampilkan kepintaran yang dapat menyajikan proses interaktif. Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi juga bermanfaat dalam pendidikan, salah
satunya adalah pembelajaran berbantuan komputer, dalam penggunaannya menurut
Sudjana dan Rivai (1989) terdapat beberapa model pembelajaran berbantuan
komputer, yaitu model latihan dan praktek (drill and practice), model tutorial
(tutorials), model penemuan (problem solving), model simulasi (simulations) dan
model permainan (game). Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin
memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media merupakan alat Bantu yang dapat
memudahkan pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat
diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.« Kata media itu
sendiri berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “
medium “ yang berarti “ pengantar atau perantara “, dengan demikian dapat
diartikan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan. Kit Lay Bourne ( 1985 : 82 ) menyatakan bahwa “ penggunaan media tidak
harus membawa bungkusan berita-berita semua, siswa cukup dapat mengawasi suatu
berita.” Dari pendapat tersebut dapat dihubungkan bahwa penyampaian materi
pelajaran dengan cara komunikasi masih dirasakan adanya penyimpangan pemahaman
oleh siswa. Masalahnya adalah bahwa siswa terlalu banyak menerima sesuatu ilmu
dengan verbalisme. Apalagi dalam proses belajar mengajar yang tidak menggunakan
media dimana kondisi siswa tidak siap, akan memperbesar peluang terjadinya
verbalisme. Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari
pengertian harfiahnya juga terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun segala
sesuatu yang memungkinkan untuk anak didik memperoleh informasi dan pengetahuan
yang berguna bagi anak didik dalam pembelajaran, dan bagaimana dengan adanya
media berbasis TIK tersebut, khususnya menggunakan presentasi power point
dimana anak didik mempunyai keinginan untuk maju, dan juga mempunyai
kreatifitas yang tinggi dan memuaskan dalam perkembangan mereka di kehidupan
kelak. Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu menciptakan
sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk
dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya,.
Dengan demikian mereka dengan mudah mengerti dan mamahami materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru kepada mereka. Arief S. Sadiman ( 1984:6 ) mengatakan
bahwa media “ adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar seperti film, buku dan kaset “. RE Clark ( 1996
: 62 ) mengungkapkan bahwa “ the of of media to encourage student to invest
more afford in hearing has along history “. Dari pandangan yang ada di atas
dapat dikatakan bahwa media merupakan alat yang memungkinakn anak muda untuk
mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk mengingatnya dalam
waktu yang lama dibangdingkan dengan penyampaian materi pelajaran dengan cara
tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan. Menurut Soeparno ( 1987:8 )
menyebutkan ada beberapa alasan memilih media dalam proses belajar mengajar,
yakni : 1. ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat kita pakai
di dalam proses belajar mengajar, 2. ada media yang mempunyai kecocokan untuk
menyampaikan informasi tertentu 3. ada perbedaan karakteristik setiap media 4.
ada perbedaan pemakai media tersebut 5. ada perbedaan situasi dan kondisi
tempat media dipergunakan. 6. Media pembelajaran berbasis Tek nologi Informasi
dan Komunikasi dan Penggunaannya. Bertitik tolak dari pendapat tersebut,
jelaslah bahwa memilih media tidak mudah. Media yang akan digunakan harus
memperhatikan beberapa ketentuan dengan pertimbangan bahwa penggunaan media
harus benar-benar berhasil guna dan berdaya guna untuk meningkatkan dan
memperjelas pemahaman siswa. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK
merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus
memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat
dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut,
dalam hal ini media yang digunakan adalah Komputer dan LCD Proyektor. Arief S.
Sadiman ( 1996 : 83 ) mengatakan bahwa : Ditinjau dari kesiapan pengadaannya,
media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi
perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai ( media by
utilization ) dan media rancangan yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara
khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu. Dari pernyataan tersebut
di atas dapat dikategorikan bahwa media Komputer dan LCD Proyektor meupakan
media rancangan yang mana didalam penggunaannya sangat diperlukan perancangan
khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras (
hard ware ) yang difungsikan dalam menginspirasikan media tersebut adalah
menggunakan satu unit computer lengkap yang sudah terkoneksikan dengan LCD
Proyektor.
Menurut Ruseffendi, 1984 (dalam
Didi, 1991) penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika banyak
peranannya, baik sebagai alat hitung maupun sebagai alat penyampaian materi
pelajaran. Sebagai alat hitung, komputer dapat melakukan perhitungan untuk
mencari: logaritma, perbandingan trigonometri, operasi hitung, dan sebagainya.
Sedangkan sebagai alat/media penyampaian materi pelajaran, komputer dapat
diprogram untuk membantu siswa dalam belajar (pembelajaran individu). Dalam
pembelajaran matematika, komputer banyak digunakan untuk menyampaikan materi
yang memerlukan gerak (animasi), gambar, teks, dan warna. Semua fasilitas
tersebut ada pada komputer, dan sernua fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan
untuk memvisualisasikan konsep abstrak dalam matematika menjadi konkret
· Power
point
PowerPoint atau Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah program
komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft. Dengan power point
guru atau siswa dapat mempresentasikan materi matematika dengan tampilan yang
lebih menarik, hal ini dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran.
· Internet
Salah satu media
pembelajaran yang bisa digunakan adalah internet,
selain untuk browshing dan chating, internet juga dapat dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran yang efektif dan efisien.
Aplikasi dalam internet yang digunakan dalam
pengembangan media pembelajaran salah satu contohnya adalah
blog dan e-learning.
6. Sajian
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika dapat
disajikan secara Informatif dan Matematik. Untuk informatif bisa berupa :
A. Peta
konsep
Peta konsep merupakan gambar yang
menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi.
Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan
proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi. Martin (dalam Basuki,
2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk bagi guru, untuk
menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran.
Sedangkan menurut Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta
konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat
sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa
dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi Ernest (dalam Basuki, 2000)
berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep dalam matematika bisa
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Tentukan dahulu topiknya,
2. Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut,
3. Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,
4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,
5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat.
1. Tentukan dahulu topiknya,
2. Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut,
3. Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,
4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,
5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat.
B. Diagram
data
Untuk tujuan informatif penyajian
diagram data pada media pembelajaran diperlukan ketika sesuai dengan materi.
Misalnya pada materi statistik, diperlukan penyajian diagram tabel.
Sedangkan untuk sajian berupa
matematik yaitu :
1. Algoritma
Algoritma adalah kumpulan urutan
perintah yang menentukan operasi-operasi tertentu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu masalah ataupun mengerjakan suatu tugas tertentu. Algoritma
merupakan urutan langkah instruksi yang logis. Setiap langkah instruksi mengerjakan
suatu tindakan aksi. Apabila suatu aksi dilaksanakan, maka operasi atau
sejumlah operasi yang bersesuaian dengan aksi itu dikerjakan oleh pemroses.
Bila data yang digunakan benar, maka algoritma akan selalu berhenti dengan
memberikan hasil yang benar pula. Dalam media pembelajaran matematika,
diperlukan algoritma agar langkah demi langkah terurut sehingga memudahkan
siswa dalam memahami suatu materi atau konsep.
2. Konstruksi
konsep
Kesulitan dalam pembelajaran dapat
disebabkan kurangnya pemahaman konsep dan kemampuan siswa yang masih kurang
dalam memahami kalimat pada soal yang terlalu panjang. Usaha yang dilakukan
guru untuk mengatasi kesulitan tersebut antara lain dengan mengkonstruksi
konsep agar lebih dipahami siswa.
3. Geometrik
Sajian ini digunakan hanya pada
materi-materi tertentu misalnya kesebangunan dalam segitiga. Perlu adanya
sajian secara geometrik agar siswa dapat memvisualisasikan konsep tesebut, agar
siswa tersebut menjadi lebih mudah memahaminya.
4. LKS
Lembar kerja siswa (LKS) ialah
lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada
siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek,
atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Lembar
kerja siswa (LKS) merupakan salah satu dari sekian banyak media yang digunakan
dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pengajaran mata pelajaran,
media LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa. Karena
dengan LKS siswa akan merasa diberikan tanggung jawab moril untuk menyelesaikan
sesuatu tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi apabila guru
memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam LKS tersebut.
7. SYARAT MEDIA PEMBELAJARAN
· Dapat
meragakan konsep
Media yang baik adalah media yang mampu meragakan konsep
yang abstrak ke konkret. Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip
pemilihan media adalah harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk
tujuan apa sehingga sesuai dengan konsep.
· Dapat
menjelaskan aturan
Media itu harus menjelaskan aturan-aturan dan cara pemakaian
nya agar dapat digunakan sebagaimana fungsinya.
· Memudahkan
pemahaman
Sebuah media harus mampu membantu siswa untuk memahami suatu
materi matematika. Menurut E. T. Ruseffendi persyaratan media pembelajaran
matematika, diantaranya adalah : dapat memperjelas konsep matematika dan bukan
sebaliknya (mempersulit pemahaman matematika).
· Mudah-murah
dibuat
Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa
prinsip-prinsip pemilihan media diantaranya harus mempertimbangkan biaya
pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat
siswa belajar.
· Mudah
digunakan
Sebuah media haruslah mudah untuk
digunakan dan tidak berbahaya. Hal ini agar siswa dapat menggunakan media
tersebut sebagai mana fungsi dan tujuan dari media tersebut.
· Fisibel
fisibel adalah terlaksana atau
terwujud. Jadi media itu harus mampu mewujudkan atau mengaplikasikan tujuan
dari media itu sendiri yakni sesuai dengan konsep pada suatu materi.
DAFTAR
PUSTAKA
5032-ADE_ROHAYATI/HANDOUT_MEDIA_PEMBEL._DEPAG.pdf
http://feryferdiansyah16.blogspot.com/2012/09/media-pembelajaran-matematika.html
0 komentar:
Posting Komentar